Bu Bay ingin Rumah Tangganya kembali Penuh Tawa dengan Menjaga 4 Hormon Bahagia

 

Sudah sebulan ini Bu Bay kebingungan menghadapi sikap suaminya, Pak Bay, yang didiagnosis secara sederhana oleh Bu Bay sendiri sedang mengalami depresi. Pak Bay sering murung, mukanya kusut, malam tidak bisa tidur tenang bahkan yang biasanya makan selalu tambah akhir-akhir ini terlihat tidak berselera hingga jarang mengajak bicara Bu Bay, padahal Bu Bay juga ingin diperhatikan.

“Bapak kenapa to?”

“Pusing Bu. Ini bahan disertasi harus segera dikumpulkan, sementara data-datanya masih belum selesai diolah. Belum lagi kerjaan kampus yang bertumpuk-tumpuk. Duh..”

Inilah yang dimaksud Bu Bay bahwa Pak Bay sedang mengalami stres akut dikarenakan ujian yang akan segera dihadapinya serta masalah pekerjaan yang seolah tak kunjung usai. Masalahnya adalah jika Pak Bay stres dan tertekan maka Bu Bay juga akan ikut sedih dan lama-lama stres juga menghadapi suami yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja dan imbasnya rumah tangganya tidak lagi dihiasi tawa.

Tidak ingin menunggu dampak yang lebih besar mempengaruhi rumah tangganya, Bu Bay segera mencari informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang, Bu Bay ingin suaminya kembali ceria seperti sedia kala.

Stres atau tekanan pikiran memang perkara wajar, hanya saja jika pemicu masalahnya tidak segera diselesaikan atau diredam, efeknya dapat membuat seseorang itu menjadi tidak bahagia dan rentetannya adalah orang-orang disekelilingnya merasa bingung menghadapi orang tersebut.

Suatu pagi ketika Pak Bay sedang di ruang kerjanya, Bu Bay datang menghampiri dengan memberikan segelas coklat dingin. Sambil menggegam tangan Pak Bay, Bu Bay mencoba bicara dengan Pak Bay.

“Sepertinya Bapak harus mengendalikan hormon-hormon dalam tubuh agar Bapak tidak terus menerus seperti ini. Ibu bantu ya Pak?”

“Ha?? Ibu ini ngomong apa?Mengendalikan hormon?”

“Bapak dengarkan Ibu dulu, enggak lama, mungkin hanya 30 menit. Setelah itu Bapak bisa melanjutkan pekerjaan Bapak.”

“Oke. Bapak dengarkan sambil minum es coklat ya.”

Bu Bay tersenyum dan segera berdiri sambil bergaya bak dosen yang sedang mengajar mahasiswanya.

“Begini Pak. Kita harus baik dengan tubuh kita sendiri. Ingat, diri kita punya kuasa untuk mengendalikan apa yang ada dalam tubuh kita sendiri. Kita memang tidak bisa mengendalikan masalah yang akan hadir dalam hidup kita, tapi kita punya kendali atas respon yang kita berikan untuk menyelesaikan masalah itu,” ucap Bu Bay membuka teorinya.

“Terus, hubungannya sama hormon itu apa Bu?” tanya Pak Bay.

“Manusia diciptakan dengan senyawa-senyawa kimia yang saling berhubungan membentuk sistem tubuh. Idealnya jika senyawa-senyawa itu dalam kondisi cukup dengan tingkat keaktifan yang juga cukup artinya tidak berlebihan juga tidak kekurangan maka itu juga berpengaruh pada keadaan jiwa dan raga kita Pak. Jiwa dan raga kita akan dalam kondisi yang dinamakan sehat walafiat. Nah, zat-zat kimia yang terbentuk di dalam maupun diluar otak ini nantinya akan didistribusikan ke seluruh jaringan sel tubuh. Zat atau senyawa itulah yang disebut hormon. Respon kita terhadap masalah juga bergantung dengan kondisi hormon dalam tubuh Pak.”

Glek glek, Pak Bay begitu menikmati es coklat buatan istrinya.

“Hormon dalam tubuh kita ini banyak sekali. Tetapi jika kita ingin selalu hidup bahagia alias bisa tetap enjoy diatas masalah yang kita hadapi, kita harus tau bahwa ada 4 hormon yang harus kita jaga baik-baik,” lanjut Bu Bay.

“Pak, Ibu lupa ada pisang goreng, sebentar Ibu ambilkan. Tapi sebelumnya tolong flashdisk ini ditancepin. Buka file yang judulnya Hormon dan tolong diproyeksikan.”

Tak peduli dengan raut muka Pak Bay yang melongo, Bu Bay segera pergi mengambil pisang goreng yang sudah ada di meja makan untuk dipindahkan ke meja kerja Pak Bay.

Pak Bay tidak menyangka Bu Bay begitu serius mencari informasi tentang hormon-hormon yang keberadaannya mempengaruhi kebahagiaan seseorang.

Bu Bay kembali tepat ketika Pak Bay memproyeksikan isi file ke papan putih di ruang kerjanya.

“Ini pisang dari tetangga kita, Bu Lia. Manis kok. Kapan ya Bu Lia kasih kita jantung pisang. Enak buat disayur,” ucap Bu Bay.

Sst Ibu ini.. Sudah dikasih hati malah minta jantung,” kata Pak Bay mengingatkan ucapan istrinya.

“Becanda Pak. Tuh kan Bapak ini memang keseimbangan hormonnya sedang kurang. Sini Ibu lanjutkan lagi materinya.”

Kembalilah Bu Bay dengan gayanya sebagainya dosen.

“Ada 4 hormon yang harus kita jaga keseimbangannya jika ingin pikiran kita terus jernih dalam menghadapi masalah hidup sehingga tidak menjadi beban yang mengakibatkan kita depresi. Karena tidak mungkin kita terus berada di kondisi ideal. Masalah pasti ada, namun tetap bahagia di tengah-tengah masalah juga bukan hal yang mustahil. “

Memang pisang goreng ini enak, pikir Pak Bay tanpa berani berkata langsung agar tidak menyela omongan istrinya.

Hormon ESDO, Endorfin, Serotonin, Dopamin dan Oksitosin,” lanjut Bu Bay.

Awas ya kalau pisangnya enggak disisain, batin Bu Bay yang melihat Pak Bay begitu lahap dengan pisang gorengnya.

Bu Bay menyorotkan pointernya tepat di kata ENDORFIN.

Hormon Endorfin berfungsi sebagai pereda nyeri alami tubuh dan juga penenang. Tugasnya mengurai efek buruk dari rasa sakit atau juga stress yang terjadi, menambah nafsu makan dan meningkatkan respon kekebalan tubuh,” jelas Bu Bay.

“Caranya bagaimana kita memicu hormon ini terbentuk dengan cukup?” tanya Bu Bay secara retoris.

“Dengan melakukan sejumlah aktivitas fisik seperti olahraga, membersihkan rumah (ehm Bu Bay sengaja berdehem), belanja ini termasuk belanja membantu istri ke pasar ya, makan makanan lezat seperti mengonsumsi coklat dan makan pedas tetapi tetap dalam batasan agar malah tidak menganggu pencernaan. Menghirup aromaterapi, mandi air hangat, berjemur di bawah matahari pagi, mandi air hangat, rajin meditasi seperti sholatnya lebih khusyuk, berhubungan intim halal ya Pak dan berbuat baik.”

“Jika kita kekurangan hormon ini yang terjadi adalah kita gampang menjadi depresi, gelisah, murung, sulit tidur, seperti yang Bapak akhir-akhir ini rasakan.”

Hmm, hmm,  Pak Bay menganggukkan kepalanya sembari menikmati pisang gorengnya yang ketiga.

“Yang kedua Hormon Serotonin, ini berfungsi untuk mengelola suasana hati selain itu untuk mengatur fungsi tubuh seperti pencernaan, proses pembekuan darah, pembentukan tulang, nafsu  makan, mengatur tidur, kemampuan belajar dan memori.”

“Hormon ini..”

Bu Bay berhenti sejenak karena mendegar Pak Bay bersendawa cukup keras.

Eh maaf-maaf Bu,”ucap Pak Bay.

“Hormon ini bisa kita picu dengan cara mengonsumsi makanan berkarbohidrat serta yang kaya triptofan seperti telur, tahu, ikan salmon, susu, keju, kacang-kacangan biji-bijian. Selain itu aktivitas seperti olahraga, meditasi, pijat dan paparan sinar matahari juga dianjurkan agar hormon ini terbentuk,” lanjut Bu Bay.

“Yang ketiga Hormon Dopamin atau hormon pengendali emosi. Dengan kadar yang cukup maka hormon ini membantu kita untuk tetap fokus. Hormon ini mampu menciptakan perasaan senang, jatuh cinta, rasa percaya diri dan mampu mencegah depresi.”

“Cara meningkatkan hormon ini adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi protein seperti telur, daging, produk kedelai dan susu. Makanan kaya sumber probiotik seperti tempe dan yoghurt. Namun membatasi makanan lemak jenuh seperti mentega, minyak kelapa dan kelapa sawi serta susu tinggi lemak. Sejumlah aktivitas fisik yang disarankan adalah olahraga, meditasi, kebutuhan sinar matahari, mendengarkan musik dan berhubungan intim yang sah ya.”

“Namun kita harus berhati-hati dengan hormon ini, jika hormon ini berlebihan maka dikhawatirkan kita akan mengalami gejala mudah stres, gelisah, hiperaktif hingga bipolar dan skizofrenia. Lalu jika kita kekurangan juga menyebabkan kita kehilangan konsentrasi. Intinya jika tidak berlebihan hormon ini mampu meningkatkan kinerja seseorang dalam bekerja atau belajar.”

Luar biasa istriku ini, kenapa dia tidak jadi dosen saja seperti aku, batin Pak Bay.

Ketika hendak mengambil pisang gorengnya yang keempat, tiba-tiba merasa sorot mata Bu Bay tajam mengarah ke arahnya. Merasa tau diri, Pak Bay membelokkan tangannya ke arah gelas coklat dinginnya.

“Yang terakhir adalah Hormon Oksitosin atau hormon cinta. Hormon ini dilepaskan otak saat kita sedang jatuh cinta atau memadu kasih. Hormon ini berperan penting dalam fungsi reproduksi wanita seperti melahirkan, menyusui dan membentuk ikatan kuat orang tua anak. Secara umum hormon ini meningkatkan keintiman antarpasangan atau kelompok dan meredam kecemasan sosial, mengurangi rasa sakit dan stres hingga menjadi merasa lebih baik.”

“Caranya ya karena ini hormon cinta jadi hormon ini terbentuk ketika ada sentuhan intim seperti pijat, berpelukan, ciuman, ketika  melakukan kegiatan yang memacu adrenalin serta ketika melakukan perbuatan baik .”

Selesai dengan pemaparan materinya, Bu Bay merasa lapar dan dengan cepat menyambar pisang goreng yang hanya tersisa 2 buah.

“Bagaimana Pak, sebetulnya tidak sulit untuk terus bahagia kan?” tanya Bu Bay dengan mulut penuh.

“Betul Bu, masalah memang selalu ada, tapi kita tidak boleh menjadi lemah karena masalah itu. Tetapi memang kita harus punya siasat untuk menjaga pikiran kita tetap jernih. Stres memang kita buat sendiri. Jika saja kita tenang, maka tidak ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan,” ucap Pak Bay.

“Ketenangan diri juga harus diciptakan ya caranya dengan menjaga keseimbangan  4 hormon yang sudah Ibu jelaskan tadi. Kalau Bapak simpulkan keempat-empatnya ada benang merahnya. Kita harus berolahraga yang cukup dibawah sinar matahari pagi, meditasi bisa kita lakukan dengan berdoa lebih khusyuk, banyak makanan bergizi,  banyak berbuat baik serta ehm berhubungan lebih intim seperti banyak peluk atau cium,”lanjut Pak Bay mengungkap sejumlah kesimpulan dengan senyum yang tersungging.

Kata-kata terakhir membuat Bu Bay tersedak.

“Yah yang penting Bapak ingat bahwa kita tidak hidup sendiri. Jangan sampai masalah yang kita tanggung menjadikan diri apatis. Melupakan orang-orang sekitar yang sangat khawatir kalau Bapak tertekan,”ungkap Bu Bay.

“Iya Bapak mengerti. Maaf ya Bu akhir-akhir ini Bapak kurang perhatian dan terlalu larut dalam masalah. Bapak akan coba lebih santai menghadapi masalah yang sedang Bapak hadapi. Terima kasih ya Bu untuk penjelasannya. Bapak akan rajin sepeda pagi mulai besok,” janji Pak Bay.

“Alhamdulillah,” Bu Bay tersenyum senang mendengar kesungguhan Pak Bay.

 

Tok-tok

Pukul 20.00 ada yang mengetuk pintu rumah Bu Bay.

Gofood!!,” teriak seseorang dari depan.

Bu Bay segera membuka pintu dan menerima bungkusan yang berisi martabak manis  dan martabak asin yang Bu Bay yakin adalah pesanan online Pak Bay.

Hanya berselang 10 menit, terdengar lagi suara panggilan untuk Pak Bay, yang kali ini berasal dari Uberfood.

Bu Bay menerima bungkusan berisi 2 bungkus ayam geprek pedas level 5 dan 2 bungkus jus alpukat.

“Bapaaaaak!!!! Ini kenapa pesan makanan banyak sekali      ???” teriak Bu Bay.

“Lah demi hormon kan Bu, kan harus banyak makanan sehat,” jelas Pak Bay.

“Ya enggak gini juga Pak. Ingat perut Pak. Sudah gendut begini!!!”

Pak Bay hanya diam dan tersenyum. Percuma berdebat dengan istri. Ah entah siapa yang sebetulnya perlu keseimbangan hormon. Suami atau istri.

 

--------------------------

Penutup :

“Pak, ayam gepreknya enak. Besok kita beli lagi ya Pak,”

--------------------------

 

Sumber referensi :

·       https://www.alodokter.com/

·        https://www.halodoc.com/

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Let’s Read Berpetualang Menyelami Dunia Literasi Anak

Welcome Sakura 2021, Yangming Park Taiwan