Pak Bay dan Bahaya Rayuan Si Manis

 

“Atas nama Pak Bay!”

Teriakan berjenis suara sopran terdengar dari luar pagar rumah Pak Bay.

Pak Bay terlihat bergegas membuka pintu pagar.

“Terima kasih ya mbak,” ujar Pak Bay yang tetap tersenyum manis meski area wajahnya tertutup masker.

“Sama-sama Pak. Jangan lupa bintang 5 nya ya Pak,” pinta si mbak berjaket hijau dengan suara yang cukup merdu.

“Loh sekarang bintangnnya masih 5 to? Belum ada bintang 7?” canda Pak Bay.

“Ah Bapak bisaaa ajaa. Saya permisi dulu. Mari Pak,” pamit si mbak dibarengin yang dibalas anggukan dari Pak Bay.

“Apa itu yang ditangan Pak?” tanya Bu Bay yang ternyata sedari tadi mengawasi kelakuan suaminya dari balik tirai ruang tamu.

“Oh ini lho Bu, tadi Bapak lihat ada promo dari toko minuman baru. Beli 1 chocomilktea gratis 1 coffee milk. Ibu suka kopi kan? Ini buat Ibu,” ujar Pak Bay sambil menyerahkan cofeemilk kepada istrinya.

“Ya ampun Pak! Bukannya tadi siang Bapak sudah pesan es campur? Itu di kulkas juga bukannya ada minuman bersoda kesukaan Bapak. Terus itu di meja juga ada martabak manis kiriman dari Pak Aji,” jelas Bu Bay panjang lebar.

“Lah ya kenapa Bu?” tanya Pak Bay keheranan.

“Bapak ini sudah terlalu banyak konsumsi yang manis-manis lho!” ucap Bu Bay dengan setengah kesal

“Lah ya di masa seperti ini, kita perlu energi untuk tetap kuat menghadapi pandemi loh Bu” ujar Pak Bay dengan tangan kanan mencomot sepotong martabak manis sementara tangan kirinya digunakan untuk menyeruput minuman chocomilktea.

Bu Bay menghela nafas melihat kelakuan Pak Bay.

“Pak, menghadapi pandemi ini kita memang perlu strategi agar imun tetap terjaga. Salah satunya caranya memang dengan banyak makan. Tapi ya kan enggak begini juga Pak konsepnya. Banyak makan perlu, tapi dengan pola dan nilai gizi yang diatur. Jangan sampai, Bapak maksudnya mau menghindari corona tetapi yang datang malah penyakit lain yang tidak kalah bahayanya,” terang Bu Bay.

“Penyakit lain bagaimana maksud Ibu?” tanya Pak Bay penasaran.

“Coba ingat-ingat pola makan Bapak selama masa pandemi dan ditambah udara luar yang panas memang membuat kita ingin mengonsumsi sesuatu yang dingin dan manis. Selama PPKM juga sepertinya Bapak jadi jarang minum air putih dan juga jarang sekali menggerakkan tubuh. Kalau pola makan Bapak terus-menerus seperti ini maka lama kelamaan bisa membahayakan kesehatan tubuh Bapak sendiri,” ungkap Bu Bay.

“Sebelum terlambat, ada baiknya Bapak batasi asupan makanan dan minuman manis. Bapak harus tahu bahaya dari rayuan si manis untuk tubuh kita,” lanjut Bu Bay.

“Jadi apa saja Bu bahayanya?” tanya Pak Bay serius.

“Yang pertama. Obesitas. Terlalu banyak yang manis-manis membuat berat badan bertambah dan ini berisiko untuk terjadinya Diabetes. Bapak lihat selama PPKM sepertinya perut Bapak tambah maju macam Bapack-Bapack khas Indonesia yang semakin tua perutnya jadi onepack bukannya sixpack,”

“Yang kedua. Risiko Sakit Jantung. Rentetan masalah dari obesitas adalah peningkatan kadar kolesterol dan kadar trigliserida yang merupakan faktor utama dari penyakit jantung. Terlalu banyak minum manis juga menyebabkan aterosklerosis yaitu gangguan jantung akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri di jantung oleh lemak.”

“Ketiga. Gangguan Ginjal. Yang manis-manis juga bisa meningkatkan risiko kerusakan ginjal yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal.”

“Keempat. Memicu Kerusakan Hati. Terlalu banyak makanan manis juga mengakibatkan penumpukan lemak di hati sehingga hati menjadi resisten terhadap hormon insulin.”

“Yang kelima. Impotensi. Kadar gula dalam darah dapat mempengaruhi sistem sirkulasi yang mengontrol aliran darah. Terlalu banyak gula akan menghalangi proses aliran darah pada saat ereksi.”

“Keenam. Gigi Berlubang. Ketika mengonsumsi makanan manis secara berlebih dan gigi tidak dibersihkan dengan baik, maka akan menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri penyebab gigi berlubang karena jenis bakteri ini menyukai gula sebagai makanannya.”

“Yang ketujuh. Timbulnya Jerawat akibat terbentuknya produksi hormon androgen, produksi minyak di wajah serta peredangan.”

“Terakhir. Penuaan Dini. Gula yang menempel pada protein di dalam darah membuat suatu molekul yang merusak kolagen serta elastin pada kulit padahal keduanya berguna untuk menjaga kekencangan kulit agar kulit tidak kendur dan berkerut, ” jelas Bu Bay.

“Wah berbahaya sekali si manis ini kalau dibiarkan ya Bu,” kata Pak Bay.

“Iya Pak, ditambah lagi dengan tidak berolahraga. Tanpa disadari kita menimbun penyakit yang dampaknya tidak terlihat langsung namun akan berbahaya kedepannya,” ucap Bu Bay.

“Akan lebih baik jika tidak hanya Bapak tetapi juga masyarakat Indonesia menyadari pentingnya investasi kesehatan diri mereka sendiri dengan pola hidup sehat, kurangi manis-manis, banyak minum air putih dan rajin gerak. Ya misal dengan rutin menjalankan program 10.000 langkah per hari,” lanjut Bu Bay.

“Ibu benar. Kalau begitu Bapak janji untuk mengurangi yang manis-manis, banyak minum air putih, dan mulai olahraga dalam rumah saja,” kata Pak Bay.

Bu Bay hampir senang mendengar kebulatan tekad suaminya untuk hidup lebih sehat namun harus menelan kekecewaan karena Pak Bay telah memakan martabak manis tanpa menyisakan sedikitpun untuknya.

“Pak, baru saja bilang mau mengurangi manis-manis, lah martabak manisnya kenapa dihabiskan?” tanya Bu Bay kecewa.

“Lah kan Bapak belum selesai ngomong, tapi mulai besok……” ujar Pak Bay tanpa terlihat merasa bersalah.

“Huh dasar laki-laki semuanya cuma bisa janji-janji manis!!” ungkap Bu Bay kesal dan menghabiskan coffeemilk hanya dengan sekali teguk.

 

Referensi :

Putri, Nina Hertiwi. 2021. 7 Bahaya Makanan Manis Mengincar Anda Saat Bulan Puasa. Diakses melalui https://www.google.com/amp/s/www.sehatq.com/artikel/bahaya-makanan-manis-yang-dikonsumsi-berlebihan/amp.

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Let’s Read Berpetualang Menyelami Dunia Literasi Anak

Bu Bay ingin Rumah Tangganya kembali Penuh Tawa dengan Menjaga 4 Hormon Bahagia