Hidup Sehat Bu Bay dengan 10.000 Langkah

 

“Temenin Ibu ke pasarlah Pak. Hari ini Ibu mau belanja banyak, berat kalau Ibu bawa sendiri. Lagi pula Ibu mau masak masakan kesukaan Bapak,” rajuk Bu Bay kepada suaminya yang masih bermalas-malasan di tempat tidur.

“Minggu kemarin kan Ibu sudah temenin Bapak main sepeda. Sekarang gantianlah,” lanjut Bu Bay berharap suaminya teringat pengorbanan Bu Bay minggu lalu.

Mendengar istrinya berbicara seperti timbul beban mental pada diri Pak Bay. Minggu lalu Pak Bay bertingkah sama seperti Bu Bay merayu agar istrinya rela bangun dari tempat tidur untuk menemaninya bersepeda.

Ah dipaksa memang tidak enak, batin Pak Bay. Tetapi demi mempertimbangkan bahwa istrinya akan memasak masakan kesukaannya, Pak Bay pun luluh dan segera bangun dari tidurnya.

“Sebentar, Bapak mau cuci muka dulu.”

“Ibu tunggu di depan ya Pak,” sahut Bu Bay senang.

Bu Bay pun menunggu di taman rumahnya sambil mengamati bunga mawar dalam potnya yang tak kunjung berbunga, padahal segala upaya telah dilakukan mulai dari pemupukan, penyetekan dan penyiraman teratur.

“Lah ayo Bu,” sahut Pak Bay yang sudah bersiap dengan kunci motor di tangannya.

“Loh Pak, hari ini ke pasarnya tidak usah pake motor. Kita jalan kaki saja,” ucap Bu Bay sambil merebut kunci sepeda motor Pak Bay dan mengembalikan ke tempatnya.

Pak Bay yang berjalan mengikuti Bu Bay dari belakang memprotes tindakan istrinya.
“Loh Bu, pasar induk itu jauh lho dari rumah. Ibu yakin kita mau jalan kaki?”

“Pak, Ibu sudah mengecek jarak tempuh dari google maps. Jarak rumah ke pasar induk 3 km. Nanti kita kembali dari pasar ke rumah juga 3 km, jadi total 6 km. Jarak ya kira-kira 10.000 langkah lah,” jelas Bu Bay dengan penuh semangat.

“Kenapa dengan 10.000 langkah?” tanya Pak Bay keheranan.

“Begini lho Pak Bay yang terhormat. Kita ini harus turut andil dalam gerakan 10.000 langkah sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat,” ucap Bu Bay dengan mimik wajah yang serius.

Bu Bay senang melihat ekspresi suaminya yang sepertinya memerlukan penjelasan lebih lanjut.

“Sudah Pak, nanti Ibu jelaskan sambil kita jalan. Kita harus berangkat sekarang sebelum ayam kampung langganan Ibu diborong sama penjual sate.”

 

“Loh Pak Bay dan Ibu mau kemana? kok jalan kaki? Motornya rusak to? Lah apa mau pakai punya saya?” tanya Pak Aji, tetangga mereka yang bertanya tanpa jeda.

“Oh enggak Pak. Kami memang sengaja ke pasar jalan kaki,” jawab Bu Bay.

“Oalah. Istri saya juga baru saja ke pasar. Mungkin nanti ketemu kalau sudah di sana,” kata Pak Aji.

“Wah, iya ya siapa tau kami bisa ketemu Bu Aji di sana. Ya sudah Pak, kami harus pergi dulu ya Pak,” pamit Bu Bay.

Setelah dirasa sudah jauh dari rumah Pak Aji, Bu Bay pun melanjutkan topiknya.

“Tuh kan Pak, kalau di Indonesia, melihat orang jalan jika bukan karena olahraga adalah hal yang tidak lazim. Jauh sedikit mereka akan menggunakan transportasi pribadi. Padahal Bapak tau sendiri kan pada saat kita masih di Taiwan, kita sangat terbiasa melihat orang berjalan kaki bahkan kita tiru kebiasaan mereka,” ujar Bu Bay mengingat-ingat masa lalu.

“Kita ke supermarket, jalan kaki. Kita pergi ke bioskop, jalan kaki. Kita ke mall juga jalan kaki. Ke taman kota juga jalan. Pergi ke rumah teman kalau kita lihat jaraknya hanya 2 km kita juga lebih memilih jalan kaki,” jelas Bu Bay.

“Yah tapi waktu kita tinggal di sana kan memang fasilitas pejalan kaki juga bagus Bu. Trotoarnya besar. Jalan antara pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengemudi kendaraan bermesin juga sangat jelas dibedakan. Belum lagi pohon-pohon di sana teduh sekali, jadi kita nyaman untuk jalan kaki,” terang Pak Bay.

“Ya Bapak betul kalau di sana memang keadaan jalannya sudah tertata. Tapi sampai kapan kita selalu mencari pembenaran atas ketidakmauan kita berjalan kaki karena fasilitas jalan yang tidak memadai,” sanggah Bu Bay.

Tanpa terasa, obrolan itu membawa mereka melewati Toko Indomaret, yang itu artinya perjalanan mereka kurang dari setengah perjalanan.

“Kita selalu kagum dengan Jepang, Korea atau negara maju lainnya tentang bagaimana mereka bisa membiasakan warganya berjalan kaki. Meski Ibu tahu ada faktor keterpaksaan seperti karena harga transportasi di sana mahal, harga parkir juga mahal sehingga mereka pun lebih memilih transportasi umum atau jalan. Tapi Bapak lihat efek baik yang tercipta. Badannya itu lho Pak, duuuh bagus banget tanpa perlu jamu galian singset atau apalah” tukas Bu Bay.

“Jadi Ibu ini mau jalan kaki 10.000 langkah biar kaya mbak-mbak Jepang Korea itu?” tanya Pak Bayu menaruh curiga.

“Lah ya sejujurnya itu yang pertama Pak, hehehe, tapi Pak manfaatnya gerakan 10.000 langkah itu bukan hanya itu saja. Ibu kemarin baca klikdokter.com, bahwa ada beberapa manfaat, ehm Ibu ingat-ingat dulu,” ucap Bu Bay sambil mengingat-ingat.

“Pertama, baik untuk kesehatan paru-paru kita,”

“Kedua, memperlancar aliran darah keseluruh tubuh, dikarenakan otot tubuh kita bergerak aktif, ”

“Ketiga, menjaga fungsi jantung, karena jantung terpacu untuk memompa darah lebih banyak,”

“Keempat, menambah kekuatan otot kaki, sehingga kita terlatih untuk melakukan aktivitas berat jadinya enggak gampang capek,”

“Kelima, mencegah kita dari pengeroposan tulang atau osteoporosis,”

“Lalu menjaga badan kita dari kegemukan atau obesitas, tekanan darah kita terjaga, dan bisa menghindarkan kita dari risiko diabetes,”

“Rajin jalan kaki juga membantu kita meningkatkan daya konsentrasi ya karena aliran darah yang menuju otak serta terpicunya hormon endorfin yang membuat mood kita lebih tenang yang ujung-ujungnya bisa membuat kita lebih rileks dalam menjalani hari. Sudah seingat Ibu itu yang dijelaskan, banyak banget kan Pak manfaatnya, ” jelas Bu Bay berharap Pak Bay sepakat.

“Lah Pak, ini kita sudah sampai lho Pak,” lanjut Bu Bay.

“Oh iya, enggak kerasa Bu tau-tau sudah sampai pasar. Wah gerakan 10.000 langkah memang sebaiknya juga digaungkan, bukan hanya tentang sepeda yang in saat ini. Jalan kaki lebih murah rasanya dan manfaatnya juga besar,” ucap Pak Bay sambil matanya mengincar jajan pasar kesukaannya.

“Ya sudah, Ibu mau ke tukang potong ayam. Bapak tunggu disitu saja sambil beli jajan cenil kesukaan Bapak. Nanti Ibu panggil Bapak buat bantu bawain barang belanjaan.”

------------------------------

Sesampainya di depan rumah.

“Ya Allah Pak!!!!!Bawang merah bawang putihnya ketinggalan di tukang buah. Ibu juga enggak bisa masak kalau tidak ada bawang-bawang itu. Ayo Pak kita kembali lagi ke sana!!”

“Ha???? kembali jalan ke sana Bu???? Ibu bawa motor saja kesana. Kaki Bapak capek!!”

 

------------------------------

Sumber referesi :

Atika. 10 September 2020. Yuk, Berjalan Kaki 10.000 Langkah Setiap Hari. Di akses melalui https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2995299/yuk-berjalan-kaki-10000-langkah-setiap-hari.

Komentar

  1. wah aku suka banget nih mbak jalan 10000 langkah, cuma ya itu capeknya bukan main haha tapi seru sih bikin sehat juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya seru kan ngehitung langkah hahaha, sehat-sehat terus ya..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Let’s Read Berpetualang Menyelami Dunia Literasi Anak

Bu Bay ingin Rumah Tangganya kembali Penuh Tawa dengan Menjaga 4 Hormon Bahagia

Welcome Sakura 2021, Yangming Park Taiwan