Petani Negeri Sendiri (PNS) untuk Sebuah Profesi Kebanggan

 Latar belakang

Negara yang dikenal agraris ini harus miris menghadapi turunnya minat masyarakat untuk terjun sebagai petani ditengah meledaknya jumlah penduduk, khususnya kalangan milenial yang lebih memilih lapangan pekerjaan lain yang dianggap lebih bergengsi. Julukan sebagai negara agaris seharusnya terus dipertahankan mengingat kondisi geografis dan kekayaan Sumber Daya Alam Indonesia yang melimpah ruah dan menjadi tidak termanfaatkan manakala pemerintah tidak memetakan sektor pemanfaatan lahan untuk ketahanan pangan alih-alih memanfaatkan lahan untuk tujuan lain seperti : pembangunan perumahan, apartment dll.

Sementara permasalahan lain ditengah luasnya kekayaan alam di Indonesia adalah banyaknya angka pengangguran. Banyaknya pengangguran di Indonesia seharusnya bisa diserap dengan menghadirkan sebuah lapangan pekerjaan yang menarik terutama di bidang pertanian, tentunya harus ditelaah terlebih dahulu faktor-faktor apa yang menjadikan banyaknya pengangguran di Indonesia. Membuat dan menciptakan sistem lapangan pekerjaan  di bidang pertanian yang mampu menarik minat masyarakat, terutama anak-anak muda untuk menggeluti bidang tersebut demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri dan pada akhirnya sistem tersebut mampu untuk meningkatkan produksi pertanian hingga ketahanan pangan di Indonesia menjadi stabil bahkan mampu melakukan ekspor hingga  ke berbagai negara di dunia.

Permasalahan pertanian di Indonesia

           Berbagai permasalahan terkait turunnya peran anak muda dalam menggeluti bidang pertanian, diantaranya :

1.  Regenerasi petani harus segera dilakukan karena saat ini tenaga petani mayoritas diisi oleh orang-orang di atas usia produktif dengan rata-rata tingkat pendidikan dan kemampuan mengenal teknologi sangat minim serta penggarapan lahan dikelola secara manual sehingga berpengaruh pada tingkat kemajuan pertanian di Indonesia.

2.  Tidak ada jaminan bagi para lulusan universitas pertanian untuk terjun langsung menjadi seorang petani namun lebih memilih profesi lain diluar pertanian yang dianggap lebih menjanjikan.

3.  Menjadi petani masih dianggap sebagai sebuah identitas yang identik dengan kemiskinan. Hal ini dikarenakan kebanyakan petani berada di bawah garis kemiskinan karena gambaran petani sukses masih sangat sedikit.

4.  Anak-anak muda generasi milenial tidak menganggap petani sebagai sebuah profesi dikarenakan memandang petani sebagai pekerja yang harus berjibaku dengan tanah lumpur, berpanas-panasan, masa panen yang tidak jelas serta tidak adanya jaminan penghasilan menyebabkan pekerjaan ini jauh dari kata sejahtera, sementara tolak ukur keberhasilan hidup bagi masyarakat milenial adalah kemapaman pada segi ekonomi.

 

Alternatif untuk menarik minat masyarakat muda

        Pemerintah mau tidak mau harus memikirkan regenerasi petani yang merupakan garda terdepan dalam ketahanan pangan di Indonesia, Berbagai program sudah mulai diluncurkan, seperti  santri tani milenial, transformasi pendidikan tinggi vokasi pertanian, inisiasi program penumbuhan wirausahawan muda pertanian bekerja sama dengan  Perguruan Tinggi Negeri (PTN), pelibatan mahasiswa/alumni/pemuda tani untuk mengintensifkan  pengawalan program Kementerian Pertanian.  Penumbuhan kelompok usaha bersama (KUB) yang difokuskan bidang pertanian bagi pemuda tani, pelatihan dan magang bagi pemuda tani dalam bidang pertanian serta optimalisasi penyuluh untuk mendorong dan menumbuh kembangkan pemuda tani.

          Namun demikian, perubahan status petani sebagai profesi yang sama bergengsinya seperti profesi seperti dokter, pegawai bank atau lainnya kemungkinan akan lebih membuat anak-anak milenial merasa selevel sehingga memberikan kebanggaan pada profesinya ditambah kepastian akan jaminan kesejahteraan merupakan isue yang harus ditanggapin dengan serius oleh pemerintah.

                  Beberapa alternatif pemikiran berikut semoga bisa menjadi masukan untuk membuat pertanian ke depan lebih baik, diantaranya :

1.    1. Sekolah Kejuruan Bidang Pertanian

Model Sekolah : 

-   Dibangun di kawasan dengan lahan pertanian yang luas dengan fungsi sebagai tempat praktikum pertanian,

-   Berbasis teknologi modern, dilengkapi dengan komputer serta peralatan mesin terbaru hingga sekolah ini menjadi kiblat sekolah modern pertanian yang memiliki alat-alat mutakhir untuk membantu pekerjaan pertanian menjadi  efektif dan efisien.

-   Dilengkapi perpustakaan dengan buku-buku referensi terbaru dan ruang audiovisual untuk mendukung ruang pembelajaran.

-   Diisi oleh pengajar yang profesional  dan ahli di bidang pertanian serta menghadirkan ahli-ahli terbaik dunia

-   Pengadaan internship (magang) dan pertukaran pelajar dengan negara-negara terbaik di dunia

-   Output lulusan sekolah ini langung dipekerjakan sebagai PNS (Petani Negeri Sendiri)

2.    Membuka sistem pekerjaan seperti PNS, Pegawai Negeri Sipil, namun dalam hal ini PNS adalah Petani Negeri Sendiri dengan sistem menggunakan sistem kerja yang terukur, jenjang karir, mendapat fasilitas yang jelas (Askes, bonus jika hasil pertanian  melebihi target dll).

- Merupakan lapangan pekerjaan setara dengan pekerja profesional yang digaji dengan jam kerja yang terukur dan jenjang karier hingga sampai dengan usia pensiun.

- Lahan-lahan garapan merupakan lahan-lahan yang telah dibeli pemerintah/terdata pemerintah sehingga harga produksi benar-benar dikendalikan oleh pemerintah.

- Pekerja merupakan petani yang benar-benar terjun ke lapangan karena sudah dibekali ilmu dan pengetahuan yang sudah diperoleh dari sekolah namun tetap harus ada Satuan Pengawas untuk menilai kinerja pekerja tani.

- Pekerja difasilitasi seragam.

- Gaji pokok merupakan gaji yang diberikan kepada pekerja tani semasa bekerja dengan hitungan dibayar perbulan, sementara sistem bonus diberlakukan ketika hasil produksi melebihi target.

- Berbagai pekerjaan tani yang bisa dijadikan keahlian, seperti staf khusus pengelolaan lahan, staf khusus penanaman, staf khusus pemotongan, staf khusus pemasaran, staf khusus tekhnologi serta staf-staf lain yang memiliki kompetensi tinggi.

Harapannya dengan adanya sekolah khusus pertanian seperti diatas maka dapat meningkatkan jumlah petani muda di Indonesia. Pengakuan petani sebagai sebuah profesi juga perlu dilakukan sejalan dengan usaha membentuk petani muda. Semua hal ini memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kemampuan sektor pertanian Indonesia sehingga dapat kembali menjadi negara nomor satu di bidang pertanian.

 


Daftar pustaka

 

1.    Ayuningtyas, Diah. 2009. Persepsi Pemuda Terhadap Pertanian. Diambil dari https://diahayuningtyas.wordpress.com/2009/05/23/persepsi-pemuda-terhadap-pertanian/ pada tanggal 06/08/2020.

2.    Muryono, Sri. 2020. Menjadikan pertanian sebagai daya tarik kalangan muda. Diambil dari https://www.antaranews.com/berita/1637934/ menjadikan-pertanian-sebagai-daya-tarik-kalangan-muda pada tanggal 06/08/2020.

3.    Rokhlani. 2020. Petani milenial di era pertanian 4.0. Diambil dari http://cybex.pertanian.go.id/artikel/93852/petani-milenial-di-era-pertanian-40/ pada tanggal 06/08/2020.

4.    Ratya, Mega Putra. 2017. 6 Strategi Pemerintah dalam Regenerasi Petani. Diambil dari  https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3745352/6-strategi-pemerintah-dalam-regenerasi-petani pada tanggal 06/08/2020.

5.    Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2016. Luncurkan Gerakan Tani Milenial, Kementan Rangkul 4 Juta Santri Bangun Pertanian. Diambil dari https://bit.ly/3gSeQFf pada tanggal 06/08/2020.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Let’s Read Berpetualang Menyelami Dunia Literasi Anak

Welcome Sakura 2021, Yangming Park Taiwan

Pak Bay dan Bahaya Rayuan Si Manis